Di Posting Oleh : Qanita Aqilah
Kategori : 1001 Kisah Abu Nawas
Suatu saat Abu Nawas sangat sedih sekali melihat rumahnya hancur karena diobrak-abrik prajurit kerajaan. Tapi, dengan akal liciknya, Abunawas berhasil membalasnya dengan menghancurkan kerajaan yang menggunakan sebuah tongkat yang terbuat dari besi.
Abu Nawas berhasil memporak-porandakan seluruh isi kerajaan dengan berdalih untuk membunuh lalat-lalat yang telah makan nasinya.
Berikut Kisah Istana Hancur Oleh Lalat
Pada suatu hari Abu Nawas terlihat sedih. Ia hanya tertunduk lesu mendengarkan penuturan istrinya tentang pekerja kerajaan telah membongkar rumahnya atas titah Raja Harun. Raja Harun berdalih bahwa pembongkaran rumahnya itu dilakukan karena bermimpi kalau di bawah rumahnya terpendam emas dan permata yang tak ternilai harganya.
Namun, setelah pekerja kerajaan terus menerus menggali, ternyata sedikit emas dan permata tidak jua ditemukan. Parahnya lagi, sang raja juga tidak mau meminta maaf dan mengganti rugi sedikitpun kepada Abu Nawas. Oleh karena itulah Abu Nawas sakit hati dan memendam rasa dendam kepada perusak rumahnya, yaitu Raja Harun.
Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga ia menemukan muslihat untuk membalas perbuatan Raja Harun. Nafsu makannya pun telah lenyap.
Namun keesokan harinya Abu Nawas melihat banyak lalat-lalat mulai menyerbu makanannya yang sudah mulai basi. Abu Nawas tiba-tiba saja tertawa riang seolah mendapatkan ide setelah melihat lalat-lalat itu berterbangan.
"Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi," kata Abu Nawas kepada istrinya.
Dengan wajah berseri-seri, Abu Nawas berangkat menuju istana. Setiba di istana, Abu Nawas membungkuk memberi hormat kepada Raja Harun. Raja Harun terkejut atas kedatangan Abu Nawas. Di hadapan para menterinya, Raja Harun mempersilahkan Abu Nawas untuk menghadap.
"Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tidak diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa izin dan berani memakan makanan hamba," lapor Abu Nawas.
"Siapakah tamu-tamu tidak diundang itu wahai Abu Nawas?" ujar Baginda dengan bijaksana.
"Lalat-lalat ini Tuanku," kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya.
"Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Paduka junjungan hamba, hamba mengadukan perlakuan yang tidak adil ini," ujar Abu Nawas sekali lagi.
"Lalu, keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dariku?" respon Raja Harun.
Hamba hanya menginginkan izin tertulis dari Baginda sendiri agar hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalat yang nakal itu," kata Abu Nawas memulai muslihatnya.
Akhirnya Raja Harun dengan terpaksa membuat surat izin tersebut yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul lalat-lalat itu dimanapun mereka hinggap. Setelah mendapat izin tertulis itu Abu Nawas mulai mengusir lalat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap di sana sini. Dengan menggunakan tongkat besi yang dibawa dari rumah.
Ketika hinggap di kaca, Abu Nawas dengan tenang dan leluasa memukul kaca itu hingga pecah. Kemudian vas bunga nan indah, juga ikut terkena pukul dan pecah. Akhirnya hanya dalam beberapa menit saja seluruh perabot istana hancur berkeping-keping.
Raja Harun tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruannya yang telah dilakukan terhadap Abu Nawas dan keluarganya.
Dan setelah hatinya merasa puas, Abu Nawas mohon diri.
Barang-barang kesayangan Raja Harun banyak yang hancur berserakan. Bukan hanya itu saja, Raja Harun juga menanggung rasa malu.
Kini dia sadar betapa kelirunya telah berbuat semena-mena kepada Abu Nawas.