Di Posting Oleh : Qanita Aqilah
Kategori : cerita pahlawan tanpa tanda jasa guru pahlawan tanpa tanda jasa hari guru pahlawan tanpa tanda jasa adalah
Hadiah Murid yang Terindah untuk Guru
Pada suatu hari, sama seperti setiap pembukaan tahun ajaran, guru SD kelas 5, ibu Thomson membuka kelas dengan berbohong. Dia berkata, "Saya mengasihi kalian semuanya."
Dalam kelas itu duduk seorang murid yang dipanggil Teddy. Anak itu jorok, tidak punya perhatian kepada pelajaran. Dia selalu terlihat tertidur di bangkunya. Anak-anak lain pun tidak suka kepadanya. Namun, nampaknya dia tidak peduli.
Ketika ulangan kelas dibagikan, ibu Thomson tidak segan-segan memberi angka nol dengan tinta merah. Dia pun tidak suka dengan Teddy.
Pada waktu pertemuan kuartalan orang tua murid tiba, ibu Thomson sengaja menempatkan Teddy pada urutan terakhir, karena dia tahu tidak bakal menarik. Sebelum gilirannya tiba, ibu Thomson membuka berkas riwayat sekolah Teddy. Dengan heran dia membaca pada laporan itu, guru kelas satunya mengatakan bahwa "Teddy adalah anak yang pintar, rajin dan riang. Tawanya selalu membuat seluruh kelas gembira". Di laporan kelas dua, dia membaca, "Nilai Teddy sangat bagus, tetapi dia terlihat gelisah, karena ibunya sedang sakit keras."
Pada laporan kelas tiga, dia membaca, "Teddy nampak memiliki masalah fokus dengan pelajarannya. Dia terlihat selalu melamun, karena ibunya baru meninggal dunia." Pada laporan kelas empat, dia membaca, "Teddy masih berusaha menjadi murid yang baik, tetapi ayahnya rupanya tidak menaruh perhatian kepadanya, sehingga akhirnya dia pun tidak menaruh perhatian dengan kehidupannya."
Sampai di sini, ibu Thomson menutup laporan riwayat belajar Teddy dengan rasa malu, karena dia telah salah paham dengan anak muridnya. Dia bertambah malu ketika anak-anak memberinya hadiah Natal. Ketika tiba giliran Teddy memberi hadiah, anak-anak pada tertawa melihat bungkus kado yang tidak rapi itu.
Ketika dia membuka bungkus kado Natal tersebut, dijumpai sebuah gelang manik-manik, tetapi satu butir manik-maniknya hilang dan sebotol parfum yang isinya tersisa separuh. Anak-anak yang melihatnya tambah menertawakannya. Di situ juga ada kartu dengan tulisan tangan, "Ibu Thomson, ini adalah gelang dan parfum almarhum ibu."
Ibu Thomson segera meminta agar anak-anak berhenti menertawakannya dan mengenakan gelang tersebut dan memujinya, "Gelang yang cantik" katanya sambil memercikkan beberapa tetes parfum ke pergelangan tangannya, kemudian dia memeluk Teddy. Teddy berbisik kepada ibu Thomson, "Sekarang saya seperti memeluk ibu saya kembali." Setelah anak-anak pulang, ibu Thomson menangis sendirian. Katanya dalam hati, "Teddy, kamu telah memberi saya pelajaran terbesar dalam hidup saya. Mulai sekarang dan seterusnya, saya akan mengajar anak-anak, bukan mengajarkan pelajaran."
Hari-hari berikutnya dia membantu Teddy agar dapat mengejar ketinggalan pelajarannya selama ini. Akhirnya dia pun lulus dari Sekolah Dasar dengan nilai yang membanggakan. Pada hari dia lulus, Ibu Thomson menerima secarik kertas yang diselipkan di bawah pintu kelasnya dengan catatan "Ibu Thomson, Anda adalah guru terbaik buat saya."
Berturut-turut tiga tahun kemudian, ibu Thomson masih menerima surat, "Ibu Thomson, Anda masih merupakan guru terbaik buat saya, terima kasih." ketika Teddy lulus SMP dan SMA. Empat tahun kemudian, ketika Teddy lulus dari perguruan tinggi, ibu Thomson menerima surat yang mengatakan, "Ibu Thomson, Anda masih tetap guru yang terbaik buat saya selama ini." Empat tahun kemudian ketika Teddy lulus dari S2, ibu Thomson menerima surat yang sama kecuali kali ini ditandatangani oleh dr. Theodore (Teddy) Stollard M.D.
Kisah ini tidak berakhir di sini, beberapa tahun kemudian ibu Thomson menerima surat dari Teddy yang mengundangnya untuk menghadiri pernikahannya. Katanya, "Ayah saya sudah meninggal. Maukah ibu mewakili beliau untuk duduk di tempat yang disediakan untuk wali pasangan pengantin?"
Tentu saja ibu Thomson hadir. Dia tidak lupa mengenakan kembali gelang yang satu manik-maniknya hilang itu. Pada akhir upacara pernikahan tersebut, mereka berpelukan dan tak lupa Teddy berkata, "Terima kasih ibu, karena ibu telah menjadi guru terbaik buat saya." Tetapi, jawab ibu Thomson, "Kamu salah, sebenarnya yang banyak belajar itu saya sehingga saya dapat menciptakan perubahan." (Sumber llerah.com)
Cerita ini mungkin bukan kisah nyata, tetapi asas dalam kisah tersebut dapat menjelaskan kepada kita tentang hadiah terbesar seorang murid yang didambakan seorang guru.
Guru mudah sekali merasa jasanya tidak dihargai, karena hasil jerih payahnya tak segera terlihat. Sebuah perusahaan kelontong dapat melihat neraca rugi laba dalam buku besar mereka setiap tahun. Guru membutuhkan puluhan tahun agar dapat menyaksikan atau merasakan keberhasilan anak didiknya. Kadang-kadang sama sekali tidak ada beritanya, apalagi kalau dia seorang guru taman kanak-kanak. Ketika anak didiknya sudah dewasa gurunya telah meninggal dunia. Memang ada beberapa 'hadiah' sela di antara hadiah terindah untuk guru, seperti siswa menyelesaikan PR dengan rajin, mengerjakan ulangan dengan nilai bagus, naik kelas, dan lulus ujian dan lain-lain, tetapi hadiah terbesar tetap masih harus menunggu lama.
Jam kerja guru umumnya dimulai pagi sekali. Mereka bangun pukul 5.00 atau 6.00 pagi untuk siap-siap dengan sekolah yang mulai pada pukul 7.00 atau 8.00 pagi dan tinggal bersama muridnya hingga pukul 3.00 atau 4.00 sore. Belum lagi bila ada masalah dengan beberapa anak muridnya, mungkin mereka harus rela tinggal lebih lama membantu mereka. Pada waktu murid-murid pulang ke rumah, seringkali guru masih tinggal di sekolah untuk mengoreksi ulangan, PR, atau mempersiapkan pelajaran berikutnya. Itu berarti mereka bekerja lebih dari tujuh jam sehari.
Guru juga harus mengenal setiap murid di kelasnya. Mereka bukan sekadar nama atau nomor induk. Sekali-kali guru juga berbicara empat mata dengan beberapa muridnya dan kadang-kadang ada anak-anak yang butuh perhatian yang tidak diperoleh dari keluarganya. Guru mengisi kekosongan tersebut. Seperti orang tua, kerja guru adalah hubungan (90%) dan bimbingan (10%). Pelajaran tidak akan ditangkap oleh siswa kalau hubungan antar guru dan murid tidak baik atau tidak ada.
Dengan demikian, sebenarnya seorang guru dapat dikatakan 'pengganti orang tua'. Apalagi di zaman sekarang, yang kebanyakan kedua orang tua bekerja penuh waktu, sehingga kesempatan untuk berada bersama anak-anak mereka menjadi barang mewah, maka peran dan pengaruh guru kepada muridnya sangat besar.
Sewaktu murid-muridnya lulus dan guru tidak melihat dan mendengar berita mereka lagi, itulah saat di mana guru akan mengenang beberapa muridnya. Boleh jadi dia tidak ingat lagi akan matematika, ilmu aljabar, ilmu fisika dan sebagainya, tetapi pelajaran hidup, contoh integritas hendaknya selalu diingatnya. Boleh jadi anak itu tidak berhasil secara ekonomi, tetapi dia berhasil membina keluarganya dengan baik.
Guru seperti orang tua kedua murid-murid mereka. Sama seperti seorang ibu yang tidak mengharap anaknya bergelimang dengan kekuasaan dan harta, guru selalu bangga dengan anaknya yang tabah menghadapi tantangan hidup. Dia akan bercerita tentang anaknya yang demikian ke mana pun dia berada. Itulah hadiah paling besar dan sebuah kenangan yang akan diingatnya sampai ke liang kubur.
Sumber: keluarga.com