Di Posting Oleh : Qanita Aqilah
Kategori : Dunia Islami Empat perkara untuk menghentikan sikap suka mengumpat Perbanyaklah zikir agar terhindar dari kebiasaan mengumpat Upaya menghindarkan diri dari menggunjing dan mengumpat
Perbanyaklah zikir agar terhindar dari kebiasaan mengumpat. Mengumpat bermaksud bercerita serta menyatakan keburukan atau kekurangan individu kepada orang lain. Sama ada dengan nama pelakunya atau individu terkait memang dikenali orang yang mendengarnya.
Rasulullah SAW menjelaskan perihal mengumpat ini dalam sabda baginda yang bermaksud, "Mengumpat itu ialah apabila kamu menyebut perihal saudaramu dengan sesuatu perkara yang dibencinya" (Hadis Riwayat Muslim).
Memandang buruk dan hina terhadap seseorang adalah sikap mengumpat ini. Ia disamakan seperti memakan bangkai saudara seagama sendiri bagi seseorang yang melakukannya. Manusia waras tidak akan sanggup memakan daging manusia, karena merupakan daging saudara sendiri. Karena mengumpat terlalu lazim berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Hakikat inilah yang perlu kita renungkan bersama. Mengumpat dan mencari kesalahan orang lain selalunya akan mengungkap keaiban diri seseorang individu. Perlu diingat seseorang yang membuka keaiban orang lain akan ungkapkan segala keaiban mereka pula di hari akhirat kelak.
Sabda Rasulullah: "Wahai orang beriman dengan lidahnya tetapi belum beriman dengan hatinya! Janganlah kamu mengumpat kaum Muslim, dan janganlah kamu mengintip keaiban mereka. Sesungguhnya, sesiapa yang mengintip keaiban saudaranya, maka Allah akan mengintip keaiban, dan dia akan mendedahkannya, meskipun dia berada dalam rumahnya sendiri" (Hadis riwayat Abu Daud).
Orang yang mengumpat akan mendapat kerugian besar pada hari akhirat, karena amalan mereka itu akan dicatat sebagai perbuatan menghapuskan pahala.
Sabda Rasulullah bermaksud: "Perbuatan mengumpat itu samalah seperti api memakan ranting kayu kering". Pahala yang dikumpulkan sebelum itu akan musnah atau dihapuskan, seperti mudahnya api memakan kayu kering sehingga tidak tersisa apa-apa lagi.
Diriwayatkan oleh Abu Ummah al-Bahili, di akhirat seorang akan terkejut apabila melihat catatan amalan kebaikan yang tidak pernah dilakukannya di dunia. Maka, dia berkata kepada Allah "Wahai Tuhanku, dari manakah datangnya kebaikan yang banyak ini, sedangkan aku tidak pernah melakukannya". Maka Allah menjawab: "Semua kebaikan itu (pahala) datangnya dari orang melakukan umpatan kepada engkau tanpa engkau ketahui".
Jika pahala orang mengumpat tidak ada lagi diberikan kepada orang diumpat, maka dosa orang yang diumpat akan dipindahkan kepada orang yang mengumpat. Inilah dikatakan orang yang mengumpat adalah golongan manusia muflis di akhirat nanti.
Begitu buruknya sifat mengumpat, kita wajib berusaha mengelakkan diri daripada melakukannya. Oleh itu, perbanyaklah zikir agar terhindar diri dari kebiasaan mengumpat.
Islam menganjurkan beberapa kaidah untuk menghindarkan diri kita dari terjerumus ke dalam budaya hidup suka mengumpat ini. Jika kita ingat bahwa apabila kita mengumpat, kita akan diumpat balik, sudah tentu kita tidak akan mengumpat. Jauhkan berbuat jahat kepada orang yang tidak berbuat jahat kepada kita.
Manusia perlu memenuhi kebutuhan intelek seperti mencari ilmu, berfikir, pengamat, menanggapi dan membuat spekulasi. Maka orang yang melakukan sebaliknya berarti tidak memenuhi kebutuhan intelek. Tidakkah berarti apabila kita mengumpat bermakna jiwa kita jahat? Luar nampak cantik, tetapi di dalam sudah busuk.
Selalu ingat akan dosa. Larangan Islam terhadap perbuatan mengumpat sudah cukup untuk memotivasi diri. Tidak ada manusia normal sanggup memakan bangkai seseorang.
Imam al-Ghazali ada menyatakan enam perkara yang menjadikan seseorang itu suka mengumpat:
- Ingin memuaskan hati disebabkan kemarahan yang memuncak hingga sanggup mengungkapkan keaiban dan kesalahan orang lain. Jika kemarahan tidak dapat tahan, ia akan menimbulkan hasad dan dendam;
- Suka mendengar dan mengikuti perbualan orang yang menyerang pribadi dan kehormatan seseorang;
- Mau bersaing dan menonjolkan diri dengan menganggap orang lain bodoh dan rendah;
- Disebabkan dengki, dia iri hati dengan orang lain yang lebih beruntung dan berjaya, seperti dinaikkan gaji dan pangkat;
- Bergurau dan suka berlawak untuk mencela dan mengatakan kelemahan dan kecacatan hingga mengaibkan orang lain; dan
- Sikap suka mengejek dan mencela disebabkan rasa bongkak dan sombong karena memandang rendah orang lain.
Sehubungan itu, Imam al-Ghazali menyarankan empat perkara untuk menghentikan sikap suka mengumpat yauti:
- Harus insaf dan menyadari bahwa mengumpat dan memburuk-burukkan orang lain itu berdosa besar;
- Insaf dan membenarkan kesalahan sendiri daripada menyalahkan orang;
- Hendaklah berasa malu apabila memperlihatkan kecacatan orang lain.
- Mencela kecacatan fisik seseorang seolah-olah mencerca Tuhan yang menciptakan.
Perlu diingatkan ada beberapa kelakuan yang tidak dikatakan sebagai umpatan, seperti seorang istri yang mengadu kepada hakim untuk mendapatkan keadilan.
Maka istri sudah tentu menyatakan keburukan si suami untuk dipertimbangkan oleh hakim. Begitu juga dengan umpatan yang dilakukan seseorang terhadap individu yang zalim.
Kisah hidup masyarakat dipaparkan melalui TV, film dan cerpen dan novel juga bukanlah bersifat umpatan, karena ia terlalu umum demi membentuk alur sebuah cerita dan kisah hidup sebagai teladan khalayak umum.