Memaknai Pengertian Ikhlas Serta Membiasakan Diri Berperilaku Ikhlas

Memaknai Pengertian Ikhlas Serta Membiasakan Diri Berperilaku Ikhlas
Di Posting Oleh : Qanita Aqilah
Kategori : Cara Membiasakan Diri Berperilaku Ikhlas Dunia Islami Memaknai Pengertian Ikhlas Nilai-nilai Luhur Ikhlas Pengertian Ikhlas Menurut Para Ulama

Memaknai Pengertian Ikhlas Serta Membiasakan Diri Berperilaku Ikhlas



Ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya suatu amalan. Disamping amalan tersebut harus sesuai tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tanpa ikhlas, amalan akan menjadi sia-sia belaka. Ibnul Qayyim dalam Al Fawa-id memberikan nasehat yang sangat indah tentang ikhlas, “Amalan yang dilakukan tanpa disertai ikhlas dan tanpa mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagaikan seorang musafir yang membawa bekal berisi pasir. Bekal tersebut hanya memberatkan, namun tidak membawa manfaat apa-apa.”

Allah SWT akan senantiasa menolong kaum muslimin karena keikhlasan sebagian orang dari umat ini. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا يَنْصُرُ اللَّهُ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِضَعِيفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلَاتِهِمْ وَإِخْلَاصِهِمْ
Allah akan menolong umat ini karena sebab orang miskin, karena do’a orang miskin tersebut, karena shalat mereka dan karena keikhlasan mereka dalam beramal.

Ikhlas dapat dilihat dari sikap perilaku, ucapan dan tindakan. Bentuk perilaku ikhlas ada dua, yaitu ikhlas dalam ucapan dan ikhlas dalam perbuatan.

Ikhlas dalam Ucapan


Maksudnya ucapan yang disampaikan dengan tulus, tidak karena terpaksa, melainkan atas dasar sukarela, tidak mengandung unsur dusta, dan tidak bermaksud membuat orang lain celaka.

Contoh orang yang ikhlas dalam ucapan adalah ucapan guru yang sedang mengajarkan ilmu kepada murid- muridnya. Ucapan orang tua ketika sedang menasihati anaknya, dan ucapan suami yang sedang membimbing istrinya.

Ikhlas dalam Perbuatan


Ikhlas dalam perbuatan maksudnya adalah perbuatan yang dilakukan dengan tulus, tanpa pamrih dan sepenuh hati. Orang yang ikhlas dalam beramal dan berbuat sesuatu tidak akan merasa terbebani atau terpaksa atas perbuatannya itu, melainkan ia merasa senang dan gembira telah dapat beramal atau berbuat demikian. 

Contohnya adalah saat memberikan bantuan berupa barang atau jasa pekerjaan kepada orang lain, meskipun terasa berat waktu mengerjakannya, namun tetap dilaksanakannya dengan sukacita. Selain itu, tidak membicarakan perihal bantuannya itu kepada orang lain, apalagi mengungkit-ungkitnya dikemudian hari.

Perintah untuk Berbuat Ikhlas

Setiap amalan sangat tergantung pada niat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh apa yang dia niatkan.
Dan niat itu sangat tergantung dengan keikhlasan pada Allah. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)
Allah pun mengetahui segala sesuatu yang ada dalam isi hati hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ
Katakanlah: “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui”.” (QS. Ali Imran: 29)
Didalam ayat lainnya, Allah memperingatkan dari bahaya riya’ -yang merupakan lawan dari ikhlas- dalam firman-Nya,
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ
Jika kamu mempersekutukan (Rabbmu), niscaya akan hapuslah amalmu.” (QS. Az Zumar: 65)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (maksudnya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknya.” 

An Nawawi mengatakan, “Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlas), itu adalah amalan bathil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa.”
Dalam hadits lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Barangsiapa yang menutut  ilmu yang sebenarnya harus ditujukan hanya untuk mengharap wajah Allah, namun ia mempelajarinya hanya untuk mendapatkan materi duniawi, maka ia tidak akan pernah mencium bau surga pada hari kiamat nanti.

Pengertian Ikhlas Menurut Para Ulama

Para ulama menjelaskan ikhlas dengan beberapa pengertian, namun sebenarnya hakikatnya adalah sama. 

Berikut perkataan ulama-ulama tersebut tentang ikhlas:
Abul Qosim Al Qusyairi mengatakan, “Ikhlas adalah menjadikan niat hanya untuk Allah dalam melakukan amalan ketaatan. Jadi, amalan ketaatan tersebut dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah. Sehingga yang dilakukan bukanlah ingin mendapatkan perlakuan baik dan pujian dari makhluk atau yang dilakukan bukanlah di luar mendekatkan diri pada Allah.”
Abul Qosim juga mengatakan, “Ikhlas adalah membersihkan amalan dari komentar manusia.”
Jika kita sedang melakukan suatu amalan, maka hendaklah kita tidak bercita-cita ingin mendapatkan pujian dari makhluk. Cukuplah hanya Allah SWT saja yang memuji amalan kebajikan kita, karena seharusnya yang dicari adalah ridho Allah, bukan komentar dan pujian manusia.
Hudzaifah Al Mar’asiy mengatakan, “Ikhlas adalah kesamaan perbuatan seorang hamba antara zhohir (lahiriyah) dan batin.” Kebalikannya adalah riya’. Riya’ adalah amalan zhohir (yang tampak) lebih baik dari amalan batin yang tidak ditampakkan. Sedangkan ikhlas, minimalnya adalah sama antara lahiriyah dan batin.
Ikhlas dan tulus atas apa yang dilakukan dan diucapkan merupakan sikap terpuji yang mengandung nilai-nilai yang sangat luhur dan mulia. 

Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’. Beramal karena manusia termasuk kesyirikan. Sedangkan ikhlas adalah engkau terselamatkan dari dua hal tadi.”

Nilai-nilai luhur ikhlas ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 

  1. Tidak berharap imbalan apa pun kecuali ridho Allah SWT semata;
  2. Mengerjakan sesuatu atas kesadaran sendiri. Tidak karena adanya paksaan atau tekanan dari pihak lain;
  3. Mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati tanpa ada rasa sungkan dan malas, apalagi merendahkan atas pekerjaannya tersebut;
  4. Tidak girang ketika dipuji serta tidak benci ketika dicela dan dicaci.
  5. Bersedia menerima masukan, saran dan kritik dari pihak lain dengan senang hati.

Cara membiasakan diri berperilaku ikhlas

Bersikap atau berperilaku ikhlas merupakan suatu perbuatan yang amat terpuji, dan harus dipegang teguh oleh setiap muslim. Oleh sebab itu, hendaknya kita mulai membiasakan diri berperilaku ikhlas dalam setiap ucapan dan perbuatan. 

Berperilaku ikhlas sesungguhnya tidak sulit. Jika terasa berat itu hanyalah bisikan setan yang selalu menggoda manusia agar tidak melakukan perbuatan baik. Jadi seharusnya kita berlatih sejak saat ini agar kelak menjadi terbiasa berperilaku ikhlas.

Dalam upaya membiasakan diri berperilaku ikhlas, sebaiknya perhatikan beberapa hal berikut ini:
  1. Tanamkan kesadaran dalam hati bahwa apa pun yang kita miliki hakikatnya hanya titipan dari Allah SWT.
  2. Hendaknya meluruskan niat dalam setiap melakukan sebuah amal perbuatan, semata-mata hanya ingin mendapatkan ridha dari Allah SWT.
  3. Jangan pilih kasih dalam beramal, melainkan semua orang harus dipandang sama.
  4. Agar tidak memiliki rasa angkuh dan sombong, lupakan setiap amal kebajikan yang telah dilakukan.
  5. Berdoalah kepada Allah SWT. agar diberi kekuatan dalam berakhlak ikhlas. 
Semoga Allah memudahkan dalam setiap urusan kita semua.

Semoga artikel " Memaknai Pengertian Ikhlas Serta Membiasakan Diri Berperilaku Ikhlas " ini bermanfaat buat kita semua, sampai bertemu lagi di postingan lainnya.