Di Posting Oleh : Qanita Aqilah
Kategori : Dunia Islam
DALAM buku berjudul: “The Ultimate Book
of Top Ten Lists: A Mind-Boggling Collection of Fun, Fascinating and
Bizarre Facts on Movies, Music, Sports, Crime, Celebrities, History,
Trivia and More” (2009: 579-583) ada cerita unik yang disajikan.
Ada sebanyak sepuluh penemu yang disebutkan mengakhiri hidupnya dengan
jalan bunuh diri. Apa sebabnya? Berikut kisah ringkasnya.
Pakar kimia asal Berlin, Jerman ini seorang ilmuan yang berkontribusi besar dalam bidang kimia organik dan anorganik. Pencipta alat pengukur kepadatan uap pada tahun 1848 dan penemu tiofena, ini lantaran gila kerja, sarafnya pun terganggu. Naasnya, akibat kondisi mental yang tak stabil tersebut, akhirnya ia bunuh diri menenggak sianida pada usia 49 tahun.
2. David Christopher Kelly (1944-2003)
Selanjutnya ada salah seorang pegawai Kementerian Pertahanan Inggris (MoD) juga ahli senjata biologi dan mantan inspektur Perserikatan Bangsa bidang senjata di Irak. Ia dilaporkan telah menelan 29 obat penghilang rasa sakit dan menyayat pergelangan tangannya.
3. Ludwig Eduard Boltzmann (1844-1906)
Seorang fisikawan Austria yang terkenal di bidang mekanika statistik dan termodinamika statistik yang juga merupakan salah satu pendukung utama teori atom.
Meski banyak perestasi yang didapatkannya, tapi Boltzmann menderita
gangguan bipolar, yang pada akhirnya membuatnya bunuh diri.
4. Valeri Alekseevich Legasov (1936-1988)
Peneliti Soviet terkemuka di bidang kimia anorganik dan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Uni Soviet. Pasca terkena radiasi di tanah Chernobyl, kesehatan Legasov mulai memburuk dan didera depresi berat. Akhirnya, ia memutuskan bunuh diri pada 27 April 1988.
5. Hans Berger (1873-1941)
Pria kelahiran Neuses, Jerman, orang pertama yang merekam electroencephalograms (EEGs) dengan objek manusia juga penemu the rhythmic Alpha brain waves. Akibat, terganggu oleh bangkitnya Nazisme dan efek Perang Dunia II, Berger gantung diri pada 1 Juni 1941.
6. Edwin Armstrong (1890-1954)
Seorang insinyur listrik Amerika penemu radio FM ini
juga melakukan bunuh diri. Ia melakukan tindakan naif ini karena banyak
yang menghalang-halangi gagasannya, ia putus asa, frustasi dan bahkan
mengganggap radio FM tidak akan pernah berhasil. Akhirnya, Armstrong
bunuh diri. Ia melompat dari lantai 13 apartemennya di tahun 1954 saat
beruisa 63 tahun.
7. Nicolas Leblanc (1742-1806)
Ilmuan ahli kimia dan ahli bedah asal Prancis yang dikenal sebagai orang pertama yang memproduksi soda dari garam biasa. Pada tahun tahun 1806, Leblanc bunuh diri karena terlanjur kecewa akibat Pemerintah Revolusioner Prancis membatalkan hadiah yang telah diberikan kepadanya karena yang berhasil memproses abu garam menjadi soda.
8. George Eastman (1854-1932)
IIlmuan kelahiran Waterville ini merupakan pendiri Eastman Kodak Company sekaligus penemu roll film yang mengangkat derajat dunia fotografi dan memudahkan pembuatan film juga melakukan tindakan yang sama. Pada tahun 1932, Eastman bunuh diri karena merasa pekerjaannya sudah selesai.
9. Wallace Hume Carothers (1896-1937)
Seorang kimiawan Amerika yang dikait-kaitkan dengan penemuan nylon juga peletak dasar bagi terciptanya Neoprene. Setelah penemuan monumentalnya, Carothers menderita depresi akibat ‘inventor’s block, di samping itu karena adiknya mati. Karena tidak kuat, akhirnya meminum racun pada tahun 1937 saat berusia 41 tahun.
10. Alan Turing (1912-1954)
Penemu dari Inggris ini sangat ahli dalam bidang matematika, logika dan kriptografer. Pada tahun 1954 ia bunuh diri dengan cara memakan apel yang dicampur dengan sianida karena tidak kuat menahan hinaan dan rasa sakit atas hukuman pengebirian kimia yang diterimanya akibat akibat insiden Acts of Gross Indecency tahun 1952 yang mana pada saat itu ia mengakui hubungan sesksual sesama jenis.
Nyatanya, para penemu dunia mati dalam keadaan bunuh dirinya karena stres, tak jelas perkaranya. Bahkan termasuk menderita gannguan jiwa, kesehatan memburuk, depresi berat, terganggu oleh bangkitnya Nazisme, gagasan yang dihalangi, bahkan ada yang terlibat sindikat homo.
Cara bunuh dirinya pun beragam; gantung diri, terjun dari gedung, meminum racun, menenggak sianida, dan menyayat diri.
Berilmu dan Beramal Shalih
Dalam Islam, kedudukan ilmu sangat penting. Bahkan orang berilmu
memiliki kedudukan tinggi. Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa
Arab ‘ilm, masdar dari ‘alima-ya’lamu عَـلِمَ – يَـعْـلَمُ yang berarti tahu (mengetahui). Jamak alim (orang yang berilmu) adalah ulama’.
Maka dalam Islam, yang disebut orang berilmu pasti terkait dengan orang yang taat dalam ibadah (shalih).
Sementara dalam bahasa Inggris, ilmu hanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Hal ini berbeda dengan Islam.
Abu Hamid al-Ghazali rahimahullah dalam magnum opusnya Ihyâ ‘Ulûmiddîn (I/77) mencatat lima ciri ulama yang disarikan dari al-Qur`an.
Pertama, khasyah (takut yang disertai pengagungan). Kedua, khusyu’. Ketiga, tawadu’, rendah hati. Keempat, berakhlak mulia. Kelima, memperioritaskan akhirat.
Dari ciri yang disarikan Imam Ghazali ini, ulama bukan saja mereka yang intelek, tapi juga berakhlak mulia; tidak hanya pintar dan menguasai berbagai bidang ilmu, tapi juga beramal shaleh.
Makanya, ilmu dan amal tidak bisa dipisahkan dari identitas mereka. Jika pun dalam kehidupan mereka mengalami persoalan berat, maka berkat iman dan orientasi akhirat, mereka tidak akan melakukan bunuh diri, karena pasti akan mendapat solusi. Karena dalam Islam, bunuh diri merupakan salah satu dosa besar, dan itu tidak mungkin dilakukan oleh ulama yang sejati.
Melihat beberapa contoh di atas, bagi yang hendak mencontoh ilmuan
Barat, hendaknya diikuti dengan nalar kritis. Bukan berarti sama sekali
menolak kontribusi mereka, tapi harus waspada terhadap gaya dan
pandangan hidup mereka. Mereka lahir dalam lingkungan di mana ilmu dan
agama diceraikan akibat paham sekularisme. Jadi wajar ketika sudah tidak
jalan keluar, maka bunuh diri dijadikan solusi.
Padahal menurut Ilmuan Fisika berkebangsaan Jerman, Albert Einstein –sebagaimana dikutip Fabio J. A. Farina dalam buku “Four Treatises for the Reconsideration of the History of Science” (2003: 77) pernah menyatakan bahwa, “Science without religion is lame and religion without science is blind.” Intinya, ilmu tanpa agama lumpuh. Sebaliknya, agama tanpa ilmu, buta.
Lantas, siapakah yang seharusnya menjadi teladan bagi orang beriman? Al-Qur`an menjawab yaitu orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah dari kalangan:
{مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا} [النساء: 69]
“Yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin (orang-orang yang benar), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa [4]: 69).
Wallahu a’lam.
Sumber: www.hidayatullah.com
***
1. Viktor Meyer
(1848-1897)Pakar kimia asal Berlin, Jerman ini seorang ilmuan yang berkontribusi besar dalam bidang kimia organik dan anorganik. Pencipta alat pengukur kepadatan uap pada tahun 1848 dan penemu tiofena, ini lantaran gila kerja, sarafnya pun terganggu. Naasnya, akibat kondisi mental yang tak stabil tersebut, akhirnya ia bunuh diri menenggak sianida pada usia 49 tahun.
2. David Christopher Kelly (1944-2003)
Selanjutnya ada salah seorang pegawai Kementerian Pertahanan Inggris (MoD) juga ahli senjata biologi dan mantan inspektur Perserikatan Bangsa bidang senjata di Irak. Ia dilaporkan telah menelan 29 obat penghilang rasa sakit dan menyayat pergelangan tangannya.
3. Ludwig Eduard Boltzmann (1844-1906)
4. Valeri Alekseevich Legasov (1936-1988)
Peneliti Soviet terkemuka di bidang kimia anorganik dan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Uni Soviet. Pasca terkena radiasi di tanah Chernobyl, kesehatan Legasov mulai memburuk dan didera depresi berat. Akhirnya, ia memutuskan bunuh diri pada 27 April 1988.
5. Hans Berger (1873-1941)
Pria kelahiran Neuses, Jerman, orang pertama yang merekam electroencephalograms (EEGs) dengan objek manusia juga penemu the rhythmic Alpha brain waves. Akibat, terganggu oleh bangkitnya Nazisme dan efek Perang Dunia II, Berger gantung diri pada 1 Juni 1941.
6. Edwin Armstrong (1890-1954)
7. Nicolas Leblanc (1742-1806)
Ilmuan ahli kimia dan ahli bedah asal Prancis yang dikenal sebagai orang pertama yang memproduksi soda dari garam biasa. Pada tahun tahun 1806, Leblanc bunuh diri karena terlanjur kecewa akibat Pemerintah Revolusioner Prancis membatalkan hadiah yang telah diberikan kepadanya karena yang berhasil memproses abu garam menjadi soda.
8. George Eastman (1854-1932)
IIlmuan kelahiran Waterville ini merupakan pendiri Eastman Kodak Company sekaligus penemu roll film yang mengangkat derajat dunia fotografi dan memudahkan pembuatan film juga melakukan tindakan yang sama. Pada tahun 1932, Eastman bunuh diri karena merasa pekerjaannya sudah selesai.
9. Wallace Hume Carothers (1896-1937)
Seorang kimiawan Amerika yang dikait-kaitkan dengan penemuan nylon juga peletak dasar bagi terciptanya Neoprene. Setelah penemuan monumentalnya, Carothers menderita depresi akibat ‘inventor’s block, di samping itu karena adiknya mati. Karena tidak kuat, akhirnya meminum racun pada tahun 1937 saat berusia 41 tahun.
10. Alan Turing (1912-1954)
Penemu dari Inggris ini sangat ahli dalam bidang matematika, logika dan kriptografer. Pada tahun 1954 ia bunuh diri dengan cara memakan apel yang dicampur dengan sianida karena tidak kuat menahan hinaan dan rasa sakit atas hukuman pengebirian kimia yang diterimanya akibat akibat insiden Acts of Gross Indecency tahun 1952 yang mana pada saat itu ia mengakui hubungan sesksual sesama jenis.
Nyatanya, para penemu dunia mati dalam keadaan bunuh dirinya karena stres, tak jelas perkaranya. Bahkan termasuk menderita gannguan jiwa, kesehatan memburuk, depresi berat, terganggu oleh bangkitnya Nazisme, gagasan yang dihalangi, bahkan ada yang terlibat sindikat homo.
Cara bunuh dirinya pun beragam; gantung diri, terjun dari gedung, meminum racun, menenggak sianida, dan menyayat diri.
Berilmu dan Beramal Shalih
Maka dalam Islam, yang disebut orang berilmu pasti terkait dengan orang yang taat dalam ibadah (shalih).
Sementara dalam bahasa Inggris, ilmu hanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Hal ini berbeda dengan Islam.
Abu Hamid al-Ghazali rahimahullah dalam magnum opusnya Ihyâ ‘Ulûmiddîn (I/77) mencatat lima ciri ulama yang disarikan dari al-Qur`an.
Pertama, khasyah (takut yang disertai pengagungan). Kedua, khusyu’. Ketiga, tawadu’, rendah hati. Keempat, berakhlak mulia. Kelima, memperioritaskan akhirat.
Dari ciri yang disarikan Imam Ghazali ini, ulama bukan saja mereka yang intelek, tapi juga berakhlak mulia; tidak hanya pintar dan menguasai berbagai bidang ilmu, tapi juga beramal shaleh.
Makanya, ilmu dan amal tidak bisa dipisahkan dari identitas mereka. Jika pun dalam kehidupan mereka mengalami persoalan berat, maka berkat iman dan orientasi akhirat, mereka tidak akan melakukan bunuh diri, karena pasti akan mendapat solusi. Karena dalam Islam, bunuh diri merupakan salah satu dosa besar, dan itu tidak mungkin dilakukan oleh ulama yang sejati.
Padahal menurut Ilmuan Fisika berkebangsaan Jerman, Albert Einstein –sebagaimana dikutip Fabio J. A. Farina dalam buku “Four Treatises for the Reconsideration of the History of Science” (2003: 77) pernah menyatakan bahwa, “Science without religion is lame and religion without science is blind.” Intinya, ilmu tanpa agama lumpuh. Sebaliknya, agama tanpa ilmu, buta.
Lantas, siapakah yang seharusnya menjadi teladan bagi orang beriman? Al-Qur`an menjawab yaitu orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah dari kalangan:
{مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا} [النساء: 69]
“Yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin (orang-orang yang benar), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa [4]: 69).
Wallahu a’lam.
Sumber: www.hidayatullah.com